Labels

Wednesday 3 April 2013

sebuah cerita di akhir juli ^_^

Aku sayang AYAH !!!
Kata-kata itu mungkin tidak cukup melukiskan betapa aku berterima kasih atas segala yang Ayah berikan kepadaku. Bagaimana tidak. Sampai sekarang, aku masih belum bisa membalas segala yang Ayah berikan kepadaku. Tanpa Ayah tidak akan ada perjalanan berliku sampai aku seperti ini . . .
Bagi orang lain, mungkin ini hanya sebuah cerita sederhana. Tapi bagiku, ini adalah perjalanan hidup yang istimewa. Aku terlahir bukan dari keluarga yang kaya, bukan juga miskin, cukuplah hasil jerih payah pekerjaan Ayahku mencukupi kebutuhan sehari-hari Aku dan keluargaku. Aku pernah merasa, betapa tidak adilnya Tuhan menempatkan aku hidup di desa seperti ini, jauh dari fasilitas yang memadai dan yang aku inginkan. Aku pernah berkhayal ingin hidup seperti orang perkotaan, tapi ternyata khyalanku itu merupakan kesalahan besar dan perbuatan yang tidak mensyukuri nikmat-Nya. Mungkin saat itu aku belum sadar akan hidup yang Tuhan berikan ternyata begitu indah. Perlahan namun pasti, aku mulai menyadari, ternyata aku adalah salah satu dari sekian umat-Nya yang selalu diberi keberuntungan. Dan ini lah yang menjadi awal betapa hebatnya Ayahku memperjuangkan hidupku untuk menjadi yang lebih baik.
Kelulusan SMP seharusnya menjadi suatu hal yang membahagiakan. Bagaimana tidak, keadaan ekonomi yang pas-pasan seperti keluarga ku menjadi hal hebat jika anaknya dapat menempuh jenjang SMP. Tapi lain saat itu, aku dan ibu ku bingung apa yang harus aku lakukan setelah ini? Kalau kerja ? Umurku masih terlalu kecil dan sejak kecil Ibuku tak pernah mempunyai mimpi anaknya kerja sebagai pembantu karena hanya pendidikan SMP yang ditempuh, kalau sekolah lagi? Apa mungkin? Biaya dari mana?
Sejak pengumumuna kelulusan itu, walaupun aku lulus dengan predikat baik karena mendapat rengking 3 namun tak mudah mengambil keputusan untuk melanjutkan langkah kedepannya. Entah apa yang membuat Ayah ku begitu bersemangat, siang itu sepulang nya dari kerjanya, ia begitu bersemangat berbicara kepada ku “ Nak, besok kamu bangun pagi. Kita ke kota. Kamu harus sekolah. Rejeki sudah di atur oleh Allah, Ayah yakin kalau kamu rajin beribadah dan berdo’a Allah akan mendekatkan rejeki itu untuk mu “, kata Ayah dengan optimis. Aku hampir tidak percaya Ayah berkata seperti itu, sempat aku berfikir lama dengan tawaran Ayah itu karena aku tidak yakin apakah pendidikan ku nanti berlanjut hingga akhir atau akan berhenti ditengah jalan, tapi dengan optimimisme tinggi Ayah meyakinkan ku kalau aku pasti akan sekolah sampai selesai.
Angin di pagi itu sangat dingin sampai terasa ketulang-tulang, namun Ayah tetap paksakan mengajak ku untuk mendaftar sebuah SMK negeri di kabupaten. Masa-masa ini merupakan masa-masa tersulit untuk diriku. Ternyata benar kehidupan di perkotaan dan di pedesaan memang jauh berbeda. Begitu pula dengan kualitas pendidikannya, untuk masuk sebuah SMK favorit tersebut aku harus berjuang dengan beberapa tes seleksi yang memberatkan hatiku. Aku merasa putus asa, namun Ayah selalu memberi semangat untuk ku .”Anak Ayah pasti bisa ! “ Kata-kata itulah yang selalu Ayah berikan untuk menyemangati selama mengikuti seleksi.
Satu minggu berlaluy setelah tes seleksi masuk SMK N favorit itu, senin pagi Ayah menhajak ku ke kota untuk meluhat hasil pengumuman karean hari ini pengumuman itu keluar. Entah mengapa haru itu Ayah merasa optimis sekali bahwa aku diterima. Dalam keadaan apapun Ayah tak pernah menampakkan muka sedih atau putus asa dihadapan ku.
Dua jam menempuh perjalanan untuk sampai ke kota, bergegas aku dan Ayah menuju SMK N favorit itu. Aku dan Ayah mencari nomor pendaftaran itu di papan pengumuman, dan ternyata nomor pendaftaran ku ada di papan tulis ke dua, betapa girangnya muka ayah karena ternyata aku bisa di terima di SMK N ini. Kegirangan itu ternyata hanya sekejab, semua siswa baru yang nomor pendaftrannya ada di papan tulis berkumpul di auditorium dan celakanya ternyata nomor pendaftranku bukan masuk pada jajaran siswa yang diterima, namun berada pada siswa yang menjadi cadangan yaitu dimana pada kelas tersebut jika ada siswa yang diterima namun tidak melakukan pendaftran ulang makan aku ada kesempatan untuk masuk sekolah tersebut, namun aku harus berjuabg mengalah kan 5 orang siswa baru lainnya yang masuk bangku cadangan juga. Betapa sedihnya aku saat itu, harapan yang aku tanam tinggi-tinggi pupus sudah. Sedih, kecewa, putus asa bercampur jadi satu, saat itu benar-benar tak ada rasa untuk melanjutkan sekolah ke jenjang ,menengah lagi. Berbeda dengan Ayah ku yang tak pernah mau memperlihat kan muka kecewanya dihadapanku, Ia tetap memperjuangkan nasib ku, ditemui kepala sekolah dan memohon kepadanya agar mau menerimaku, entah apa saja yang mereka berdua bicarakan, yang jelas saat itu aku dalam keadaan yang benar-benar labil
“ Ayah, kalau memang aku tidak bisa masuk ke SMKN itu sudah lah jangan dipaksakan,” Ucapku oada Ayah. Namun ayah berkata lain, Ia tetep bersikukuh agar aku sekolah lagi. Sebenarnya tidak hanya SMKN itu yang menjadi tempat lanjutan sekolah ku. Sebelumnya aku mendaftar di sebuah SMAN favorit di kabupaten ku, sebenarnya aku diterima akrena nem ku memnuhi syarat serta memiliki rekomendasi siswa berprestasi dari SMP ku, namu panitia di SMAN yang mengenalku itu berkata kepada ayah ku bila aku membayar dengan nominal tinggi maka aku langsung masuk kelas favorit. Ayah sangat menentang dengan hal itu, menurutnya itu salah satu perilaku yang menurunkan harga diri dan Ayah memutuskan mundur dari SMAN itu, karena menurutnya masih banyak sekolah lain yang dapat berlaku jujur hingga akhirnya aku memutuskan memilih SMKN agar setelah lulus nanti aku bisa langsung bekerja.
Permohonan ayah ku untuk masuk SMKN itu membuahkan hasil, sore itu ada sebuah SMS yang datang dari tetangga ku memberitahukan bahwa ada SMS dari SMKN itu, maklum pada waktu itu keluarga ku belum ada alat komunikasi, kemudian ayah menelpon balik sekolah itu, seperti sekolah sebelumnya, aku harus membayar  dengan nominal lebih agar dapat masuk SMK itu dan ayah ku memutuskan untuk menolaknya. Aku tau sebenarnya Ayah sangat kecewa karena kejadian ini, namun Ayah mencarikan jalan lain. Ayah menawariku untuk sekolah dimana saja asalkan itu negeri dan yang penting aku sekolah, sungguh aku hanay bisa pasrah dengan usaha ayah, maka dimana pun aku diterima aku akan sekolah di sekoalh tersebut.
Keesokan harinya Ayah berusaha memasukkan ku ke sebuah SMAN di kabupaten dan sekolah tersebut terkenal dengan anak-anak buangan dari SMA favorit. Ayah datang kesekolah tersebut dan menyerahkan semua berkas-berkas ku, panitia penerimaan sisawa baru di sekolah tersebut menyeleksi berkas ku dan setelah melihat ijasah dan surat rekomendasi prestasi dari SMP ku aku langsung diterima di sekolah itu tanpa harus membayar dengan nominal lebih.
Sore itu, ayah pulang dengan wajah yang sumringah. “ Allah akan selalu memberikan jalan terbaik dan mudah untuk umatnya. Dimana pun kamu sekolah niatmu baik untuk menuntut ilmu, pasti Allah merodo’i”. Kata-kata Ayah itu lah yang selalu menjadi pedoman hidupku.
Walau aku sekolah di SMA yang temasuk bungan, aku dapat mencetak prestasi dan mengalahkan siswa prestasi dari SMAN favorit di kabupaten. Dan berkat Ayah yang hanya seorang supir itu aku bisa hidup dan menempuh pendidikan sampai sperti ini, terimakasih AYAH . Engkau memang PAHLAWAN KU. Terima kasih atas usaha mu untuk ku ,AKU SAYANG AYAH.

No comments:

Post a Comment